Jumat, 19 Februari 2010

AKU DAN GADIS PENGAMEN

Seorang gadis berlari kencang di tengah jalan raya. Dengan pakaian seadanya, ia berlari mencari mobil angkot yang melewati jalan raya. Hanya bermodal satu buah botol bekas yang berisi pasir, gadis itu pun mulai bekerja. Dari pagi hingga petang, gadis itu menggoyangkan botol miliknya smbil mendendangkan lagu. Walaupun hanya sedikit dari bait lagu tersebut yang ia bisa, tetapi lagu tersebut cukup menghibur penumpang yang berada di dalam angkutan umum tersebut. Saat gadis itu menaiki angkutan umum, tiada rasa takut di benaknya padahal angkuatan umum yang dinaiki langsung saja menancapkan gasnya. Sempat terbesit di pikiranku ( anak kecil seperti itu sudah bisa mencari uang sendiri, walaupun hanya cukup untuk makan sehari – hari bagi keluarganya ). Rasanya ingin menyelesaikan kuliah dengan cepat agar bisa bekerja dan memberikan orang tua uang dari hasil jerih payahku. Mulai dari sekarang aku semakin semangat menjalani aktivitas menjadi seorang mahasiswi agar cepat lulus dan bekerja sehingga mempunyai penghasilan sendiri. Selain itu, aku juga ingin membalas budi kepada orang tua karena tanpa mereka, aku tak akan bisa sekolah.

Seorang gadis kecil menjadi motivasiku dalam menjalani hidup ini. Ingin sekali aku bertemu dengannya hanya sekedar mengucapkan terima kasih. Setipa aku berangkat kuliah, aku selulu menantikan kehadiran gadis itu. Setelah 2 minggu aku menuggu, akhirnya aku bertemu dengan gadis itu. Semuanya adalah takdir karena di dunia ini tiadak ada yang disebut dengan “ KEBETULAN “. Sore itu udara di daerah Kali Malang terasa sangat sejuk, bagaikan suasana di Puncak. Memang pada saat itu, awan – awan di langit terlihat mendung. Wajah gadis itu terlihat sedih dan muram. Ada hal aneh yang kurasa ketika ku memperhatikn wajahnya. Begitu banyak pertanyaan yang ada di benakku. Ingin sekali ku bertemu di lain kesempatan sehingga dapat berbincang banyak tentangnya.

Lagu yang dinyanyikan juga menunjukkan apa yang dirasakan hatinya. Salah satu bait dari lagu itu adalah “ AKU RINDU SETENGAH MATI KEPADAMU, SUNGGUH KU INGIN KAU TAHU AKU RINDU SETENGAH MATI. AKU RINDU……..”
Tanpa kusadari ternyata air mataku menetes, jatuh mengalir di pipiku saat melihat gadis itu menangis. Penumpnag yang barada di angkutan umum tersebut merasa iba dan mereka memberikan sedikit uang untuk si gadis yang melantunkan lagu RINDU SETENGAH MATI milik group band D’Masiv. Setelah selesai menyanyikan lagu tersebut, gadis itu pun turun dari angkutan umum. Dibayang – bayangi oleh rasa penasaran, aku pun beranjak turun dari angkutan umum. Aku segera berlari ingin menghampiri gadis pengamen yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi untukku.


Aku berlari sambil memanggil – manggil gadis itu, “ Hei tunggu !!!!! ( maklum saja, aku belum mengetahui nama gadis itu )
Gadis itu menghentikan langkanhya dan menoleh ke belakang, lalu aku pun melambaikan tangan sebagi tanda aku yang memanggilnya.Langkahku semakin dekat dengannya, kemudian aku mulai bertanya padanya.


Aku : “ Maaf, kakak ingin berkenalan dengan adik karena sudah beberapa hari belakangan ini kakak ingin mengetahui tentang adik. Jika tidak keberatan apakah kakak boleh mengetahui nama adik? Perkenalkan nama kakak, Nina.”

Gadis : “ Boleh saja, nama aku Melati dan usiaku saat ini 8 tahun.Mengapa kakak ingin mengetahui tentang aku ? Padahal aku hanya seorang gadis kecil yang kotor dan miskin.”

Aku : “ Nama yang bagus. Kamu salah jika berpikiran seperti itu, justru kakak sangat ingin mengenalmu jauh lebih dalam ( sambil berjalan di trotoar hingga dekat di sebuah warung makan ). Dalam hati aku berkata ( pasti gadis ini belum makan karena wajahnya terlihat lemas dan lesu ). Apakah kamu mau menemani kakak makan?”

Gadis : “Bukannya aku tidak mau menemani kakak makan, tetapi aku sudah makan sekitar pukul 07.00 pagi tadi.”

Aku : “ Kakak harap kamu mau menemani kakak makan siang, lagi pula sekarang sudah pukul 13.30, pasti kamu merasa lapar ? Wajah kamu terlihat lemas dan lesu.”

Gadis : “ Sebentar lagi aku akan pulang ke rumah untuk memberikan uang hasil mengamen ini kepada ibuku. Nanti saja makan di rumah bersama ibu dan ketiga adikku. Jika aku makan sekarang, maka aku tidak akan menghabiskan uang ini sendirian. Aku tidak mau makan sendiri, sedangkan ibu dan ketiga adikku menunggu di rumah .”

Aku : “ Tenang saja, Aku akan memberikan makan untukmu secara gratis. Uang dari hasil mengamen tidak akan berkurang karena itu semua untuk ibu dan ketiga adikmu. Ayahmu kemana?”

Gadis : “ Itulah penyebabnya, mengapa wajahku terlihat lemas dan lesu. Ayahku meninggal tiga hari yang lalu.”

Aku : “ Aku turut prihatin atas keadaanmu ,apakah kamu mau menceritakan semuanya kepadaku? Kamu tidak perlu khawatir,aku bukan orang jahat tapi aku benar – benar ingin membantumu agar beban yang kamu rasakan menjadi ringan. Kita berbincang di warung itu saja sambil makan siang.”

Gadis : “ Baiklah, aku percaya pada kakak.”

Setelah satu jam aku berbincang dengannya, kami berdua pulang ke rumah masing – masing. Setibanya di rumah, aku merenung memikirkan cerita hari ini. Andai saja ketika itu ia tepat waktu memberikan obat untuk ayahnya, mungkin sampai saat ini Melati masih mempunyai orang tua yang lengkap. Namun takdir berkata lain, ayah yang menjadi kebanggaan keluarga tercinta kini telah menghadap Sang Khalik. Sesuatu yang hidup akan mengalami kematian. Melati merasa menyesal karena terlambat memberikan obat untuk ayahnya. Padahal segala usaha telah dilakukan, namun saat ia membeli obat ada suatu kendala. Obat yang dibutuhkan ayahnya kehabisan stock, sehingga Melati harus mencari apotek lain untuk menemukan obat tersebut.

Langkah demi langkah Melati tempuh hingga akhirnya ia mendapatkan obat itu. Ternyata semua usahanya sia – sia. Di sepanjang jalan menuju rumahnya,banyak tetangga yang berlalu lalang dari arah gang rumahnya. Dengan rasa penasaran, Melati pun mempercepat langkahnya menuju rumah. Tiba – tiba Melati terdiam sesaat lalu obat yang ia genggam pun terjatuh karena kaget melihat bendera kuning terpasang di depan rumahnya. Perlahan-lahan melati menghampiri jasad ayahnya yang sudah terbujur kaku berselimut kain kafan.Air mata melatipun sudah tak terbendung lagi,kini melati hanya bisa meratapi nasibnya.Ia merasa bertanggung jawab terhadap ibu dan ketiga adiknya,mungkin ini adalah pertanda sejak ia berumur 6 tahun.saat itu ia tidak ingin bersekolah karena ia mengetahui keadaan ekonomi keluarganya.Ayahnya hanyalah seorang kuli panggul di sebuah pasar yang terletak tidak jauh dari tempat ia tinggal.


Setelah Melati menceritakan kisah hidupnya,ia teringat pesan ayahnya bahwa jangan menyerah dalam menghadapi cobaan dalam hidup ini. Kemudian ia melantunkan lagu D’Masiv, seingat aku salah satu baitnya “ SYUKURI APA YANG ADA, HIDUP ADALAH ANUGERAH. TETAP JALANI HIDUP INI, MELAKUKAN YANG TERBAIK. JANGAN MENYERAH!!!!!!”

Kejadian ini membuatku mendapatkan suatu pelajaran yang sangat berharga dalam menjalani hidup ini yaitu aku merasa bersyukur dengan apa yang aku dapat sekarang, memiliki kedua orang tua yang lengkap dan bisa menikmati pendidikan. Oleh karena itu, aku tidak akan menyia – nyiakan kesempatan untuk menjadi orang sukses sehungga dapat menjadi anak kebanggaan orang tua, keluarga, dan semuanya. Tidak lupa aku mengucapkan terima kasih kepada Melati karena ia telah memberikan aku inspirasi dan motivasi. Seorang pengamen kecil yang menjadi salah satu guru terbaik dalam kehidupanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar